Pemilik pabrik kuali yang melakukan perbudakan di Tangerang dinilai melakukan perbuatan sadisme dan premanisme yang harus diberantas. Kemenakertrans mengakui susah mengawasi pabrik karena letaknya yang cukup jauh.
"Kalau yang di Tangerang itu, itu sadisme, premanisme, yang harus kita semua memberantas itu," tegas Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans, Muji Handoyo.
Muji menjelaskan hal itu dalam jumpa pers di Kemenakertrans, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (5/5/2013).
Pihaknya mengakui susah mengawasi pabrik semacam ini. "Hal ini susah diawasi. Kalau warung di pinggir jalan kan gampang diawasi," akunya.
Namun Kemenakertrans berjanji akan melakukan pengawasan lebih intensif lagi. "Harus diintensifkan pengawasan, dilihat secara menyeluruh," tutur Muji.
Ketika ditanya mengenai dugaan keterlibatan aparat Polsek Sepatan, Muji enggan berkomentar banyak. "Sampai dengan tadi pagi, masalah itu tidak terungkap," jelas dia.
Jadi tidak ada keterlibatan aparat Polsek, Pak? "Saya tidak mengatakan itu. Saya rasa Kasat Serse sudah memberikan jawaban. Ya komentarnya jangan dari saya," jawab Muji.
Praktik 'perbudakan' di pabrik kuali di Kampung Bayur Opak RT 03/06, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Tangerang, terkuak setelah dua buruh yang bekerja di pabrik itu berhasil melarikan diri. Andi Gunawan (20) dan Junaidi (22) kabur setelah 3 bulan dipekerjakan dengan tidak layak.
Seluruh buruh tersebut saat ini sudah dikembalikan ke kampung halaman mereka masing-masing, di Cianjur dan Lampung Utara. Pemulangan para buruh sekaligus korban dilakukan pukul 20.00 dan 21.00 WIB. Polisi menahan 5 tersangka dan memburu 2 tersangka lainnya.
Judul : Perbuatan Pemilik Pabrik Kuali Tangerang Itu Sadisme & Premanisme
Deskripsi : Pemilik pabrik kuali yang melakukan perbudakan di Tangerang dinilai melakukan perbuatan sadisme dan premanisme yang harus diberantas. Ke...